Hikayat Fir

Sabtu, Agustus 02, 2008

hikayat bangsa kuli


Bangsa Kuli

“the Indonesian people have become a nation of coolies and a coolie amongst nations”, Soekarno pernah pesimistis

Berbagai penulis menyebut ucapan eine nation von kuli und kuli under den nationen itu aslinya dilontarkan oleh helfferich, warga Jerman. Tidak jelas apakah ia adalah emil atau theodor helfferich, dua orang Jerman bersaudara yang datang ke pulau Jawa pada awal tahun 1900-an dan membeli tanah seluas 900 hektar di daerah Cikopo, Bogor, dan menjadikannya kebun teh. Emil dan theodor kembali ke Jerman dan menyerahkan pengelolaan kebun teh kepada seorang warga Jerman lain. Kemudia kebun teh tersebut di ambil belanda, jepang, dan terakhir dikembalikan kembali ke Jerman oleh tentara pendudukan Jepang.

Pledoi soekarno mencoba menjelaskan memang imperialism belanda membutuhkan bangsa Indonesia yang bodoh, agar bisa diperlakukan sebagai kuli yang dipercaya bahwa hanya bangsa kulit putih yang mampu berbuat benar. Dalam perjalanannya, bangsa Indonesia seolah terjebak pada situasi self fulfilling prophecy, ramalan atau kutukan menjadi kenyataan. Menurut Hatta, dikutip oleh menantunya, Sri-Edi Swasono, stigma sebagai bangsa kuli yang inferior seolah dipercaya memang sudah suratan takdir oleh bangsa Indonesia sendiri dan hal ini dinilai oleh Hatta sebagai “kerusakan social” akibat penindasan VOC dll.

Sudah cukup banyak kisah tragis warga Indonesia yang tewas, dihukum mati, dipenjara, disiksa, diperkosa sebagai tenaga kerja diluar negeri. Kisah dramatis yang dialami oleh Nirmala Bonat hingga Cerihayati seperti tidak ada habisnya diberitakan, tetapi tetap saja akan terjadi hingga kini dan mungkin belasan tahun kedepan.

Apa sebab? Jawabannya dapat diterangkan oleh sebuah aksioma atau dalil yang penah tercantum dalam buku teks ekologi fundamental of ecology karya Eugene P Odum pada awal tahun 1970-an. “ suatu ekosistem yang lebih tertata akan mengambil keuntungan dari ekosistem disekitarnya yang kurang tertata” implikasinya, kota yang lebih tertata ketimbang desa akan menyedot sumber daya desa-desa di sekitarnya. Negara yang maju akan menyedot potensi negara-negara miskin dan sedang berkembang.

Sejarah umat manusia telah membuktikan, eksploitasi komunitas atau bangsa yang lebih kuat (secara militer, ekonomi, hingga teknologi dan kemampuan sumberdaya manusianya) terhadap komunitas-komunitas dan bangsa-bangsa lain telah terjadi sejak zaman prasejarah dan terus berlangsung hingga dewasa ini. Individu yang tak/kurang berdaya akan diberdaya, dieksploitasikan oleh individu yang licik dan culas. Para TKI, menjadi sasaran empuk eksploitasi, penipuan, hingga pemerkosaan para calo, perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang nakal, petugas pemerintah (kantor tenaga kerja, imigrasi dan deplu), hingga majikan yang begis.

Seperti halnya juga dengan kekayaan hutan, tambang dan lautan Indonesia yang menjadi sumber penjarahan pihak-pihak yang serakah, baik didalam maupun diluar negeri

Sesungguhnya, kedaulatan dan martabat kita sebagai Negara dan bangsa yang merdeka perlu kita gugatlagi jika kita memang menolak menjadi kuli bangsa-bangsa lain.

1 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda